Langsung ke konten utama

SABAR KUNCI KESELAMATAN


Opini
SABAR KUNCI KESELAMATAN (179)
Banyuwangi, 11Juli 2020

“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya, “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kami pun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah,” (Q.S Al-Anbiya: 83-84).
Ayat tersebut mengisahkan Nabi Ayub dengan kesabarannya yang berbuah manis. 
Dikisahkan bahwa nabi Ayub menerima cobaan berupa meninggalnya ke 12 putranya dalam sekejap, kekayaannya musnah dan penyakit menular menggerogoti tubuhnya selama dua puluh tahun. Namun nabi Ayub tetap bersabar dan santun dalam berdoa. Betapa kesabaran yang tiada batas dari seorang hamba yang sangat bertaqwa. 

Menyikapi SKB empat menteri yang tidak memperbolehkan pembelajaran tatap muka selama masa transisi ini mengingatkan penulis pada kesabaran Nabi Ayub. Lima bulan sudah Indonesia dalam dekapan virus covid 19 yang memaksa para pendidik dan siswa untuk belajar secara daring. Pada tahun ajaran baru pun dilarang keras pembelajaran tatap muka meski itu berbentuk pengenalan sekolah untuk siswa kelas baru pada daerah bukan zona hijau. Meski zona hijau pun protokol pelaksanaannya sangat "njelimet" dan berat. 
Sungguh terlalu! Mungkin itu yang terpikir dalam benak pendidik dan siswa yang sudah merasa ambyar karena segalanya dikerjakan dari rumah. Eits!Sabar!Jangan berpikir buruk. Berpikir kalau ini hanya sebuah settingan agar sebagian oknum menuai keuntungan. Masak sih? Jangan lupakan SKB empat menteri yang menjadi dasar larangan. 
Sebagai warga negara yang mematuhi aturan, mari bersinergi saling mendukung dan berusaha melaksanakannya. Meski itu artinya para pendidik dan siswa kembali kerepotan dengan daring. Belum mengenal kelas baru, guru baru dan teman baru sudah disodori daring lagi. Sungguh kesabaran sedang diuji.
Hey Kamu!  Iya kamu! Jangan berputus asa dengan menantang covid19 .Tidak memakai masker dan mulai mengagendakan acara sepele beramai ramai. Waduh! 

Mohon bersabar! Mari tengok sebentar seorang dokter yang bernama dr. Putri Wulan Sukmawati, dokter residen Ilmu Kesehatan Anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) yang menjalankan praktiknya di RSUD Dr. Soetomo,meninggal akibat terpapar covid 19 (05/7/20) dalam tirto. id.Padahal almarhumah tidak menjadi petugas penanganan covid 19.Ih ngeri! Bagaimana virus ini mampu hidup melayang layang diudara selama lebih dari 8 jam sampai menemukan manusia yang menjadi medianya. Sungguh hal yang benar benar harus dipikirkan ulang. So! Sabar! Itu kuncinya.Selalu hidup sehat, sering cuci tangan, hindari kerumunan dan pakai masker. 

Semoga ada jalan menuju bebas covid 19,untuk sementara sabar dan patuhi aturan serta protokol kesehatan. Matsama ataupun MOS tetap dilaksanakan. Pembelajaran tahun ajaran baru tetap dilaksanakan. Tapi tetap menggunakan daring. Ini sudah keputusan dan tidak untuk ditawar bagi daerah yang berzonasi selain hijau. 

#kreasri



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTER, APAKAH ANDA SUDAH PUNYA?

Tulisan ini terpikir saat saya melihat tayangan  live maut dua penyanyi kawakan lintas genre musik. Rhoma Irama dan Iwan Fals.  Dua musisi yang tak diragukan lagi karya karya besarnya.  Saya menyukai keduanya. Saya memiliki lagu favorit ciptaan mereka berdua. Lagu Iwan Fals dengan judul "Ibu" selalu membuat saya menitikkan  airmata. Lagu Rhoma paling favorit buat saya berjudul "Mardatillah"selalu menggugah sisi spiritualitas saya setiap mendengar nya.  Duet mereka membawakan lagu "Mirasantika" ciptaan Rhoma sungguh memukau.  Satu lagu yang sama dinyanyikan dengan gaya dan khas yang berbeda dari keduanya. Sama sama enak didengar.Sama merdunya. Menyentuh hati pendengarnya dengan cara berbeda.  Baru saya sadari inilah yang dimaksud dengan karakter.  Dalam sebuah tulisan di liputan 6.com dikatakan karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebi...

Penopang Singgasana

  Penopang Singgasana Banyuwangi, 26 Maret 2022 == Salah tak mau disalahkan  Membusung dada menjengkelkan  Tetap kukuh Benar Cobalah berpindah sudut pandang  Agar menjadi lapang Buah pemikiran  Perasaan  Bubuhi sedikit nikmat kontemplasi  Agar sesat diri Dapat dihindari  Dini Banyak membaca dan berempati Jauhkan picik nurani Sabar terpatri Sejati Telunjuk dengan garang menuding Empat jemari tertekuk Menunjuk diri Sendiri  Sesekali turunlah menunduk kebawah Lihatlah kaki goyah Penopang singgasana  Megah Bukan uang pengganti jerih Sedikit sikap peduli  Rasa melindungi  Mengayomi Peluk persaudaraan lebih memikat Daripada uang laknat Tanpa berkat Sekerat ==

PENGABDIAN

Aduh bagaimana ini?  Bu Mei susah sekali hari ini, cuaca sekitar sekolahnya yang panas semakin membuat hatinya resah.  Siang ini seperti biasa bu Mei berangkat ke sekolah tempatnya mengajar dengan naik angkot.  Meski sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari rumahnya dan harus ditempuh dengan naik angkot, bu Mei selalu semangat. Watak tanggung jawab yang dimilikinya membuat bu Mei jarang sekali absen.  Sekolah bu Mei terletak di kampung yang letaknya satu kilo dari tempat bu Mei turun dari angkot.  Itu Pun bukan halangan buat bu Mei untuk berjalan menuju sekolahnya.  Baginya mengajar ditempat ini adalah langkah untuk belajar dan menimba pengalaman.  Disamping mengajar bu Mei juga masih kuliah semester awal, setelah setahun lulus dari sekolah tingkat atas bu Mei memutuskan untuk lanjut kuliah dengan mandiri. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya.  Hey! Jangan disangka bu Mei sudah tua ya? Bu Mei adalah sosok gadis manis ...