Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 3, 2020

JIWA JIWA SUNYI (115)

JIWA JIWA SUNYI(115) "Sebagai dokter kejiwaan harus bersabar" "Iya.. "Jawab Rima acuh "Bukan hanya pada pasien tapi juga pada keluarganya. " Dokter Sinta menambahkan lagi sambil menonyor kepala Rima. Saat itu mereka sedang berdiri bersebelahan di koridor bagian psikiatri yang sepi. Sinta adalah dokter senior di bagian ini. Rima baginya semacam adik perempuan yang tak dimilikinya. Sikap manja Rima padanya membuat orang menyangka mereka kakak beradik.  Kegaduhan di IGD beberapa saat lalu dalam kasus Sukarno (baca cerpen keputusan ekstrim) sampai ketelinga dokter Sinta. Hal semacam itu seharusnya tidak boleh terjadi dan Rima harus mempertanggungjawabkannya.  "Kamu dihukum " "Uni… ." rengek Rima manja, dia tahu dokter Sinta tidak benar benar marah padanya.  "Urus anak itu! " Jawab dokter Sinta sambil menunjuk seorang anak lelaki yang kurus hitam dan berambut keriting sekira berumur 9 tahun.  Ditangan anak it...

KEPUTUSAN EKSTRIM

(112) Angin bertiup sepoi di sepanjang koridor rumah sakit itu.Dokter Rima menebar senyum menyapa suster  yang sedang menemani beberapa pasien di bagian psikiatri ini.  Ada yang pernah bilang jika tak suka gunting kedokteran tapi ingin jadi dokter, jadilah dokter ahli jiwa. Psikiater bertemu dengan manusia yang memiliki pemikiran  bebas dan merdeka tentang dunia menurut pemikiran mereka.  Mereka yang kita sebut GILA. Menjadi psikiater memberikan kepuasan tersendiri bagi Dokter Rima saat pasien yang ditanganinya berangsur membaik dan mampu kembali melihat dunia dengan normal.  "Dokter Rima? " "Ya? " "Tolong segera ke IGD, ada pasien kemarin yang  sudah keluar, kini masuk lagi" "Apa sebab? " Jawab dokter Rima sambil mempercepat laju jalannya menuju IGD "Keluarga nya memukulinya kembali " Rima terhenyak!  Ingatannya langsung melayang pada salah satu pasiennya yang bernama Sukarno.  Sampai di IGD Dilihatnya seor...