Langsung ke konten utama

PENGABDIAN



Aduh bagaimana ini? 
Bu Mei susah sekali hari ini, cuaca sekitar sekolahnya yang panas semakin membuat hatinya resah. 
Siang ini seperti biasa bu Mei berangkat ke sekolah tempatnya mengajar dengan naik angkot. 
Meski sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari rumahnya dan harus ditempuh dengan naik angkot, bu Mei selalu semangat. Watak tanggung jawab yang dimilikinya membuat bu Mei jarang sekali absen. 
Sekolah bu Mei terletak di kampung yang letaknya satu kilo dari tempat bu Mei turun dari angkot. 
Itu Pun bukan halangan buat bu Mei untuk berjalan menuju sekolahnya. 
Baginya mengajar ditempat ini adalah langkah untuk belajar dan menimba pengalaman. 
Disamping mengajar bu Mei juga masih kuliah semester awal, setelah setahun lulus dari sekolah tingkat atas bu Mei memutuskan untuk lanjut kuliah dengan mandiri. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya. 

Hey! Jangan disangka bu Mei sudah tua ya? Bu Mei adalah sosok gadis manis yang bersahaja dan disukai murid muridnya ,masih muda.Berusia sekira 19 tahun. Hal yang membuat bu Mei disukai murid muridnya karena bu Mei sangat sabar dalam menemani muridnya belajar sehingga banyak murid perempuannya yang bercita cita menjadi guru. Karena ingin seperti bu Mei. Ah ada ada saja! 

Wajah muram bu Mei tertangkap oleh salah satu muridnya yang bernama Desi. 
"Kenapa bu? "
"Bu Mei mau kuliah ya? "
"Sudah mau pulang? " Tanya Desi beruntun. 
Bu Mei tersenyum 
"Iya" Jawab bu Mei
"Pulang saja bu, biasanya pak Hanafi datang sebentar lagi" Jawab Desi sambil melihat jam dinding di ruang guru yang menunjukkan angka 03.00 sore. 

Memang sekolah tempat bu Mei mengajar masuknya siang hari,Sebuah sekolah swasta yang dikelola yayasan yang bergerak di bidang pendidikan. Hal itu karena waktu pagi bangunan sekolah tersebut dipakai oleh murid sekolah dasar yang masih satu yayasan. 
Jadwal siang itu pula yang terkadang membuat beberapa guru yang mengajar di sekolah itu sering terlambat datang atau bahkan tidak datang. Mungkin karena capek atau ada hal lain yang dikerjakan. 
Karena selain bu Mei rata rata guru yang mengajar di sekolah itu,paginya juga mengajar disekolah lain. Hingga jika siang tiba dan sekolah itu sudah hendak dimulai pembelajaran guru pengajar tak ada. Hanya murid yang setia menunggu yang tersisa. 
Beruntunglah kepala sekolahnya memiliki rumah yang berdekatan dengan sekolah sehingga dapat memantau. 
Jika ada guru yang tidak hadir biasanya beliau yang menginval. 
"Sudah bu, pulang saja dulu"
"Nanti bu Mei terlambat kuliah"  Kata Desi 
"Tapi pak Hanafi belum datang, kalian tidak ada yang mengawasi" kata bu Mei
"Ah, tak apa"
"Kami terbiasa belajar sendiri " Jawab Desi bijak. 
Sejenak bu Mei bimbang. 

Sebenarnya  Bu Mei juga prihatin dengan keadaan itu. Tapi mau bagaimana lagi? Sekolah swasta yang sedikit peminatnya dan tak terkenal tempat bu Mei mengajar hanya mengandalkan derma para donatur untuk pengelolaannya. Mereka yang mengajar diberi HR yang kadang tak tentu waktunya. Semua guru paham dan maklum. Dan menganggap inilah yang disebut pengabdian. 

Sering jika jadwal kuliah kosong , bu Mei mengajar semua jenjang kelas secara bergantian. Hal itu dimaksudkan agar tidak terjadi kekosongan waktu belajar. 
Bu Mei melakukan semua itu bukan pamrih tambahan insentif ataupun pujian. Namun lebih karena ikhlas ingin mengajar untuk mencerdaskan anak anak bangsa yang sedang membutuhkannya. Karena yang bersekolah disana pun kebanyakan anak anak lokal atau anak anak yang sudah seharusnya lulus, hanya karena kegigihan sang pengelola yayasan untuk bergerilya mencari anak yang terlambat sekolah, akhirnya mereka bisa sekolah. 

Bu Mei dan Desy saling berpandangan. 
Dari jauh terdengar suara sepeda motor butut milik pak Hanafi kepala sekolah tempat bu Mei mengajar, memasuki halaman sekolah. 
"Lha itu panjang umur"
"Yang dibicarakan datang. "
Bu Mei dan Desy tertawa bersama. 
Pak Hanafi datang dengan senyum khas, kopiah kusut dan terletak miring di kepalanya sangat klop dengan sepatu usang yang melekat di kaki. 
"Wah, ceria sekali? Ada apa ini? " Tanya pak Hanafi saat memasuki ruang guru sambil meletakkan tas yang juga sudah usang. 
"Ini, bu Mei mau pulang, pak!" jawab Desi
"Tapi khawatir karena ruang guru kosong. " tukas Desi 
Bu Mei hanya tersenyum mendengar penjelasan Desy pada pak Hanafi. 
Desy anak yang cerdas dan pandai memimpin teman yang lain. Bu Mei yakin dimasa depan nanti Desy akan menjadi sosok yang luar biasa. 
"Ya bu, silakan pulang! Biar saya yang ngawasi anak anak. " Kata pak Hanafi
"Kemana guru guru  ini ya? "tanya pak Hanafi. 
"Paling ketiduran pak! " Jawab desi
"Waktu siapa sekarang? "
"Pak Zuhri dan bu Isah " jawab Desy
"Dan pak Samsul" Kata Desy kembali setelah mengingat sebentar. 
"Rumah mereka dekat dari sini "
"Coba kau susul dengan temanmu, bawa sepeda " Suruh pak Hanafi pada Desy. 
"Siap! " jawab Desy bergegas menuju parkir sepeda. 

Akhirnya bu Mei dapat pulang dengan tenang. Meski seperti itu keadaan sekolahnya bu Mei senang dan betah mengajar di sana.Besok bu Mei ada jadwal mengajar lagi. Semoga besok dirinya tak sendiri lagi disekolah. Harap bu Mei dalam hati sambil menunggu angkot lewat. 

====
Pengabdian hanyalah julukan 
Bukan untuk ditunjuk tunjukkan 
Ataupun di pamerkan
Hanyalah hati yang tahu
Berapa banyak yang telah dilakukan 
Dan juga dikorbankan 
Hanyalah hati yang mengerti 
Tidak semua dinilai dengan rupiah dan duniawi 
Mereka yang berjuang tanpa suara
Hanya wajah yang senantiasa menengadah
Pada Dia Sang maha bijaksana 

Banyuwangi, 22 Mei 2020


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTER, APAKAH ANDA SUDAH PUNYA?

Tulisan ini terpikir saat saya melihat tayangan  live maut dua penyanyi kawakan lintas genre musik. Rhoma Irama dan Iwan Fals.  Dua musisi yang tak diragukan lagi karya karya besarnya.  Saya menyukai keduanya. Saya memiliki lagu favorit ciptaan mereka berdua. Lagu Iwan Fals dengan judul "Ibu" selalu membuat saya menitikkan  airmata. Lagu Rhoma paling favorit buat saya berjudul "Mardatillah"selalu menggugah sisi spiritualitas saya setiap mendengar nya.  Duet mereka membawakan lagu "Mirasantika" ciptaan Rhoma sungguh memukau.  Satu lagu yang sama dinyanyikan dengan gaya dan khas yang berbeda dari keduanya. Sama sama enak didengar.Sama merdunya. Menyentuh hati pendengarnya dengan cara berbeda.  Baru saya sadari inilah yang dimaksud dengan karakter.  Dalam sebuah tulisan di liputan 6.com dikatakan karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebi...

Penopang Singgasana

  Penopang Singgasana Banyuwangi, 26 Maret 2022 == Salah tak mau disalahkan  Membusung dada menjengkelkan  Tetap kukuh Benar Cobalah berpindah sudut pandang  Agar menjadi lapang Buah pemikiran  Perasaan  Bubuhi sedikit nikmat kontemplasi  Agar sesat diri Dapat dihindari  Dini Banyak membaca dan berempati Jauhkan picik nurani Sabar terpatri Sejati Telunjuk dengan garang menuding Empat jemari tertekuk Menunjuk diri Sendiri  Sesekali turunlah menunduk kebawah Lihatlah kaki goyah Penopang singgasana  Megah Bukan uang pengganti jerih Sedikit sikap peduli  Rasa melindungi  Mengayomi Peluk persaudaraan lebih memikat Daripada uang laknat Tanpa berkat Sekerat ==