Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember 2, 2018

PUISI 4,ROMANTISME

         KEKASIH Hamparan selimut elusan tanganmu Selalu ku rindu Bagiku kau yang tercantik Secangkir kopi dan seulas senyummu Penghangat pagiku Kekasih Maafkan diri yg tak pandai buatmu bahagia Selalu egois,menuntut hal rupa rupa Kekasih Inginku rebahkan diri ini Dalam hangat pangkuanmu Bermimpi dalam belaian manjamu Kau hal terhebat dan terindah Yang hadir dalam hidupku Kekasih Kau Tiada yang lain dalam hidupku Asri wijaya Banyuwangi,4 des 18

CERPEN 1

BENCI KU IBARAT ....                                                           ( Asri Widjaya_Bwi,27 Nop 18) Aku mendengus begitu melihatnya.Aneh mengapa rasa ini begitu membuncah dalam dada.rasa muak dan benci pada dirinya.Kami tak pernah bertegur sapa ,hanya saling tatap dan dia seperti tak mengenalku .Tidak mengenalku ? Tentu saja ! Siapa yang mau mengenalku perempuan biasa tanpa status.hah ! Aku tersenyum sinis sambil melewatinya.kusingsingkan kain penutup bawah badanku sedikit,agar aku dapat segera melewatinya.aku benar benar muak padanya.swing...aroma itu mengiringi langkahku berhembus ke penciumanku menorehkan luka yg semakin dalam.Aroma yg dulu sangat akrab denganku,karena dia selalu bersamaku setiap waktu.Ingatanku melayang pada memori itu. Hana,sapamu Aku akan pergi sementara waktu kekota,aku harap kau berhati hati pada kang...

Puisi 3, PENYESALAN

Puisi 3,imperialisme Penyesalan Hanyalah selembar daun yang tertiup angin Bergerak,melayang mengikuti angin Berharap angin berhenti bertiup Karena tubuh telah menguning,mengering,dan menyusut Padahal dulu dia berharap Terpisah dari pohonnya maka kebebasan kan didapat Berkelana ,bebas,lepas dan....bahagia Ternyata tak begitu adanya Kini dia berharap,sang angin berbalik arah Mengantarnya kembali pada pohonnya Meski seandainya tak lagi diterima Cukuplah dia berlindung dalam rimbunnya Beristirahat tenang dalam teduhnya Karena tubuh sudah merapuh Keindahan hijaunya telah menghilang Hanyalah kering tiada bersinar Asri wijaya Banyuwangi,3 des 18

EMAS dan TANAH

Copass pengingat diri... ● Emas berkata pada tanah, “Coba lihat pada dirimu, suram dan lemah, apakah engkau memiliki cahaya mengkilat seperti aku.......??? Apakah engkau berharga seperti aku....... ???” ● Tanah menggelengkan kepala dan menjawab, “Aku bisa menumbuhkan bunga dan buah, bisa menumbuhkan rumput dan pohon, bisa menumbuhkan tanaman dan banyak yang lain, apakah kamu bisa....... ???” ◾Emas pun terdiam seribu bahasa......!!!!! Dalam hidup ini banyak orang yang seperti emas, berharga, menyilaukan tetapi tidak bermanfaat bagi sesama. Sukses dalam karir, rupawan dalam paras, tapi sukar membantu apalagi peduli. Tapi ada juga yang seperti tanah. Posisi biasa saja, bersahaja namun ringan tangan siap membantu kapanpun. ◾Makna dari kehidupan bukan terletak pada seberapa bernilainya diri kita, tetapi seberapa besar bermanfaatnya kita bagi orang lain. ◾Jika keberadaan kita dapat menjadi berkah bagi banyak orang, barulah kita benar- benar bernilai. Apalah gunanya kesuks...