Pentigraf Seribu Satu (161)
Dengan hati berdebar Ani menyalakan lilin yang berada ditangannya. Lampu yang tiba tiba padam membuat dirinya harus meraba raba di dalam apartemen miliknya.Nomor 1001 adalah nomor apartemennya yang berarti berada di lantai sepuluh nomer satu. Berharap pengurus apartemen segera menghidupkan generator, Ani duduk diam di sofa sambil memandangi cahaya lilin yang berpendar. Ani tidak suka dengan suasana ini.
Dalam keheningan terdengar dari lorong apartemen bunyi berderit. Seperti benda besar yang diseret seseorang. Pikiran menakutkan mulai bermunculan di pikiran Ani.Hampir satu jam Ani belum beranjak dari duduknya. Panggilan alam yang berusaha dia tahan akhirnya memaksa Ani beranjak dari tempat duduknya. Dengan keberanian yang luar biasa Ani tertatih menuju kamar mandi. Suara berderit itu terdengar lagi, kali ini diiringi suara berdebam dan jeritan.Hati Ani sebenarnya penasaran ingin keluar melihat apa yang terjadi di lorong apartemen.Namun rasa ketakutannya melebihi rasa penasaran dihatinya. Ani kembali menuju sofa di ruang tengah apartemennya. Kali ini Ani tidur meringkuk dan mulut komat kamit merapal doa doa yang dihafalnya sewaktu mengaji dulu.
Keesokan harinya Ani terbangun dan mendapati lampu kembali menyala. Bergegas Ani membersihkan diri. Bel tamu berbunyi. Dilihatnya bu Surti tetangga apartemen membawa sepiring nasi goreng."Terimakasih, bu! Ucap Ani kepada bu Surti serta menceritakan kejadian semalam.Dengan wajah heran bu Surti menjelaskan bahwa tadi malam listrik sama sekali tidak padam dan dia tidak mendengar suara apapun dari lorong apartemen. Mendengar hal itu, kuduk Ani kembali meremang.
Komentar
Posting Komentar