Langsung ke konten utama

YANG TERGADAI BAGIAN 12-15 (END)



Bagian 12
Benar Dewi yang meninggalkanku. Meninggalkan bayinya untukku. Foto di meja kerjaku adalah repro foto dewi, aku dan ariel yang sengaja aku satukan untuk ariel. Dia selalu bertanya tentang ibunya. Hanya foto itu hiburannya. Lima jam setelah melahirkan, Dewi tiba tiba kritis. Ada pendarahan hebat di rahimnya. Tak tertolong. Dewi pergi. Selamanya. 
Ketukan di pintu membuyarkan kenangan masa lalu ku. 
"masuk"
"permisi pak, ini surat persetujuan yang harus ditandatangani. " Nun dengan suara merdunya. Yang selalu kurindu. 
"Taruh disitu. "
"Bagaimana kabarmu, Nun? "
"Baik, pak. "
"Panggil saja namaku, bukankah kita teman? " sambil tersenyum aku menatapnya. Masih sama. Meski dalam balutan baju dengan gaya berbeda. Tetap cantik. Selalu cantik. 
Kulihat Nun melirik foto di meja. 
"Iya kalau di luar kantor, akan saya usahakan. Kalau disini bukankah bapak atasan saya? "
Ada nada mengolok dalam ucapannya. Aku terdiam. Aku masih menatapnya. Samar mulai kulihat merah di pipinya. Nun malu dan canggung. Setidaknya aku ingin memulainya. Untuk mengambil hatinya. Karena aku tahu Nun masih sendiri. 

Bagian 13

Kemarahanku pada Ardi sampai pada titik didih tertinggi. Bagaimana  tidak. 
Siang tadi aku mendapat telepon dari umi.
"pulanglah  dulu, Nun"
"Umi, Nun banyak kerjaan. Translate naskah menumpuk "
"sebentar saja, ada yang umi dan abah sampaikan"
"...."
"Nun… "
"insyaallah umi, pekan depan Nun usahakan. "jawabku mengakhiri percakapan. 
Ada apa lagi ini. 
Rasa penasaran ku mengantarku untuk bertanya pada adikku.
Dengan berbagai usaha dan rayu yang menipiskan kantong untuk memenuhi inginnya. Akhirnya ku dapat informasi akurat. 
Bagaimana mana Ardi bisa berbuat itu. Seenaknya saja mengunjungi orang tuaku membawa niat meminangku? 
Tanpa persetujuanku? 
Begitu percaya dirinya dia. Dia anggap apa aku? 
Benda yang bisa seenaknya dia minta? 
Aku perempuan.Dan aku punya harga diri. Tidak usah membawa embel embel ta'aruf. Ku ingin lihat sampai dimana kesungguhan Ardi padaku. 
Sementara sisi lain hatiku menertawakan dualisme diriku. 
Nun. 
Harusnya kau tersanjung. Ardi dengan gentle meminangmu pada orang tuamu. 
Itu bukan main main. Serius. 
Bukankah itu yang kau tunggu. 
Bukankah dia mimpi indahmu. 
Apa sih maumu? 
Berbagai pikiran berkecamuk di benakku. 
Galau. 
Kutekan pelipis saat pening mulai kurasa. 
Ah… mengapa jadi begini? 
Akupun tak tahu apa mauku. 

Bagian 14
Terasa masih segar dalam ingatan ku tentang sosok Ardi semasa putih abu abu. Aku tahu jauh di sudut hatiku bahwa kejahilannya padaku adalah bentuk perhatiannya padaku. Kejahilan dan kebandelannya saat itu adalah bentuk pelarian pada fisiknya yang sering sakit. Ardi bukan murid bodoh. Dia pandai, jenius malah. Namun perilaku negatifnya menurunkan nilai kejeniusannya. 
Apakah tindakan mu kali ini juga bentuk lain kejahilan mu pada ku Ardi? Bisik hati Nun. 
Hari ini aku menikah. Tentu saja dengan Ardi. Tanpa apapun. Maksudnya janji, komitmen atau apapun itu. 
Tanpa merasa ada yang perlu dijelaskan, Ardi menentukan tanggal pernikahan dengan orang tuaku. Kami masih tetap bekerja, saling bertemu bercakap sebatas pekerjaan.hanya itu titik. Mimpi akan ada kenangan indah pra pernikahan akhir nya pupus. Setiap melewati depan ruangannya,dalam hati aku selalu bertanya benarkah Ardi yang meminangku? Benarkah Ardi berhasrat menikah denganku?tapi mengapa bisu? 
Beribu tanya menyerbu disetiap malam.Dalam kegamangan,melihat umurku yang tak lagi remaja, kedua orangtua ku dengan binar dimata mereka saat membicarakan Ardi. Tentang Ardi yang diam bak patung berjalan, dingin,datar tanpa ekspresi dan tak dapat diprediksi. 
mengantarku pada keputusan menikah. Jalani saja. 
Dan sekarang aku menjadi nyonya Ardi dengan seorang anak tiri bernama Ariel. Itu saja. Mata hatiku masih belum dapat melihat seperti apa kehidupanku nantinya. Bersama mereka berdua Ardi dan Ariel. 

Bagian 15
Rumah tangga yang kulalui berjalan tentram, seirama dengan mulai tumbuhnya kuncup mekar di hatiku. 
Benar jika cinta berlaku tanpa kata. 
Benar jika cinta berdendang hanya pada hati yang merasa. 
Seperti aku dan ardi saat ini. 
Cerita masa lalu nya bersama Dewi, rasa cinta pertamanya padaku mengalir bening bagai air pancuran di pinggir desa. 
Tak sengaja kubaca buku catatan suamiku di tumpukan buku yang berserak di meja kerjanya. 
Entah dia sengaja atau tidak meletakkannya. Setidaknya hal itu memberi titik terang pada jiwaku yang hampir membiru. 
Jiwaku yang butuh penjelasan atas semua yang telah terlaku. 
"Aby"
"ya? "
"buku ini sudah umi baca"
Kataku sambil kusodorkan buku catatan itu. Catatan hatinya yang terdalam. Yang tak sanggup dia ungkapkan padaku. 
Dia tersenyum, senyum tulus dan penuh maaf. 
"maafkan aby"
"banyak kekurangan Aby, yang Umi belum ketahui. "
Aku menghela napas panjang. 
"Umi tak peduli hal itu"
"Umi ingin kita sama sama menyadari kekurangan itu sebagai bagian yang harus kita terima"
"Abi, jangan cemburu lagi"
"nggak, abi gak pernah cemburu "
Ada semburat merah di pipi  Ardi suamiku. Dan aku bahagia melihatnya. 
"Umi tahu, itu karena Abi sayang pada Umi. "
"Tapi jangan berlebihan, yang berlebihan itu temannya syetan".
"Nun… "
Mulai mode rayuan suamiku datang kalo sudah manggil nama kesayangan. 
Dan aku pasti meleleh dibuatnya. 
Setiap malam kami berdua selalu bersujud bersama mengharap bahagia hakiki dunia dan akhirat dalam selimut iman. Kami coba arungi samudera hidup ini dalam bahtera cinta penuh pengertian, penghormatan dan kepercayaan. Semoga sakinah, mawaddah, warahmah. 
END

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTER, APAKAH ANDA SUDAH PUNYA?

Tulisan ini terpikir saat saya melihat tayangan  live maut dua penyanyi kawakan lintas genre musik. Rhoma Irama dan Iwan Fals.  Dua musisi yang tak diragukan lagi karya karya besarnya.  Saya menyukai keduanya. Saya memiliki lagu favorit ciptaan mereka berdua. Lagu Iwan Fals dengan judul "Ibu" selalu membuat saya menitikkan  airmata. Lagu Rhoma paling favorit buat saya berjudul "Mardatillah"selalu menggugah sisi spiritualitas saya setiap mendengar nya.  Duet mereka membawakan lagu "Mirasantika" ciptaan Rhoma sungguh memukau.  Satu lagu yang sama dinyanyikan dengan gaya dan khas yang berbeda dari keduanya. Sama sama enak didengar.Sama merdunya. Menyentuh hati pendengarnya dengan cara berbeda.  Baru saya sadari inilah yang dimaksud dengan karakter.  Dalam sebuah tulisan di liputan 6.com dikatakan karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebi...

Penopang Singgasana

  Penopang Singgasana Banyuwangi, 26 Maret 2022 == Salah tak mau disalahkan  Membusung dada menjengkelkan  Tetap kukuh Benar Cobalah berpindah sudut pandang  Agar menjadi lapang Buah pemikiran  Perasaan  Bubuhi sedikit nikmat kontemplasi  Agar sesat diri Dapat dihindari  Dini Banyak membaca dan berempati Jauhkan picik nurani Sabar terpatri Sejati Telunjuk dengan garang menuding Empat jemari tertekuk Menunjuk diri Sendiri  Sesekali turunlah menunduk kebawah Lihatlah kaki goyah Penopang singgasana  Megah Bukan uang pengganti jerih Sedikit sikap peduli  Rasa melindungi  Mengayomi Peluk persaudaraan lebih memikat Daripada uang laknat Tanpa berkat Sekerat ==

PENGABDIAN

Aduh bagaimana ini?  Bu Mei susah sekali hari ini, cuaca sekitar sekolahnya yang panas semakin membuat hatinya resah.  Siang ini seperti biasa bu Mei berangkat ke sekolah tempatnya mengajar dengan naik angkot.  Meski sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari rumahnya dan harus ditempuh dengan naik angkot, bu Mei selalu semangat. Watak tanggung jawab yang dimilikinya membuat bu Mei jarang sekali absen.  Sekolah bu Mei terletak di kampung yang letaknya satu kilo dari tempat bu Mei turun dari angkot.  Itu Pun bukan halangan buat bu Mei untuk berjalan menuju sekolahnya.  Baginya mengajar ditempat ini adalah langkah untuk belajar dan menimba pengalaman.  Disamping mengajar bu Mei juga masih kuliah semester awal, setelah setahun lulus dari sekolah tingkat atas bu Mei memutuskan untuk lanjut kuliah dengan mandiri. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya.  Hey! Jangan disangka bu Mei sudah tua ya? Bu Mei adalah sosok gadis manis ...