Menurut kompas. com (2019) Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) secara rutin melakukan pembaharuan dan memasukkan sejumlah daftar kata baru berdasarkan pada kriteria tertentu.
Kata kata baru tersebut diantaranya adalah 'Perundungan'.
Kata Perundungan sendiri adalah nama lain dari bullying.
Definisi dan arti perundungan menurut KBBI adalah proses, cara, perbuatan merundung yang dapat diartikan sebagai seseorang yang menggunakan kekuatan untuk menyakiti atau mengintimidasi orang-orang yang lebih lemah darinya.
Kata ini baru baru saja saya pahami maknanya saat membaca artikel Bapak Eko Prasetyo dengan judul " perundungan melahirkan monster. "
Saya ingat pernah ada kejadian keluarga selebriti yang harus menutup semua akun medsosnya hanya karena tak mampu menahan komentar negatif beberapa orang yang tidak bertanggung jawab. Betapa dahsyat akibat perundungan yang dilakukan dalam medsos. Perundungan dalam medsos yang sering kita anggap sepele namun sangat berdampak bagi sang korban secara psikis.
Ada beberapa perundungan psikis yang sering dilakukan namun kadang tidak kita sadari antara lain:
Membuat postingan bernada mencela,bergosip tentang keburukan orang lain dan mengucilkan seseorang.
Meskipun hal hal tersebut tidak meninggalkan jejak secara fisik namun bagi korban bisa berdampak pada depresi, rendah diri, bahkan sampai terpikir untuk mencabut nyawa sendiri.
Dalam dunia pendidikan,perundungan psikis masih menjadi momok yang tak terpecahkan.
Kejadian nyata berdasarkan pengamatan penulis ,ada "oknum" guru yang tidak menyadari bahwa tindakan yang dilakukan berdasar perhatian (yang berlebihan) mengakibatkan beban psikis bagi siswa.
Pernah suatu hari ada siswa X yang merasa tertekan terhadap perhatian guru Y yang dirasa berlebihan.
Guru Y selalu bertanya pada siswa X, PR nya sudah dikerjakan? Mana yang sulit? Gitu saja kok tidak bisa, Ayo dicoba. Perhatian itu hanya dilakukan guru Y pada siswa X di kelasnya. Kalau dalam bahasa jawa tindakan guru Y terhadap siswa X disebut "ngecing"
Secara umum perhatian guru Y terhadap siswa X Itu biasa saja. Tetapi jika hal itu diperlakukan setiap hari dan terus menerus, ditambah siswa X memang kurang kompeten dan tidak mahir dalam pelajaran tersebut, Disitulah akhirnya melahirkan perundungan psikis dengan siswa X yang jadi korban. Siswa X merasa tidak nyaman dan tertekan.
Berdasarkan pengamatan secara random yang dilakukan penulis,siswa model X ini kemudian menjadi takut dan tertekan saat guru Y mengajar di kelas.
Berbagai kejadian akhirnya muncul.
Seperti siswa X tiba tiba pingsan saat pelajaran guru Y. Siswa X tidak masuk karena sakit saat pelajaran guru Y. Dan yang paling mengkhawatirkan siswa X lambat laun kurus tanpa tahu sakit apa yang diderita. Dan materi apapun yang diberikan guru Y tidak pernah mampir di otaknya.Yang ada hanya takut dan tertekan.
Sebenarnya cara-cara intimidasi mendidik dan mengajar dengan lebih mengedepankan kekuasaan, emosional, kaku, dan otoriter akan menciptakan mental siswa menjadi penakut, pengecut, dan pembangkang. Efeknya, akan mengecilkan potensi dan kreativitas para siswa. Tentu saja hal ini sangat berseberangan dengan esensi pendidikan yang sering didengungkan baru baru ini.
Namun ternyata perhatian yang sangat berlebihan dari guru terhadap siswa sehingga siswa takut dan tertekan juga bisa mengakibatkan perundungan secara psikis.
Guru sebagai pendidik memang harus mengerti bahasa tubuh siswa saat dalam pembelajaran. Harus mengerti kapan saatnya memberi perhatian dan kapan harus mundur memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir dan berproses secara mandiri.
Seperti yang ditulis ketut serawan dalam artikelnya (2019)
"Sepatutnya, guru harus terus mengupgrade dan meningkatkan profesionalismenya sehingga dapat beradaptasi dengan minat, selera, cara pandang, dan keinginan siswa. Tujuannya ialah untuk meminimalisir benturan cara pandang guru (old) dengan siswa masa kini. Sehingga, memudahkan guru meresponnya dalam wujud pembelajaran yang lebih kreatif, inovatif, ramah, sabar, dan menyenangkan."
Karena itu berhati hatilah. Bahkan sebuah perhatian pun jika diberikan secara overdosis dapat mengakibatkan perundungan psikis bagi penerimanya.
Bisa jadi dari guru ke siswa.
Bisa juga dari pasangan kita.
Bagaimana menurut anda?
Banyuwangi, 02 Pebruari 2020
Komentar
Posting Komentar