Langsung ke konten utama

HATI YANG TERBELAH


HATI YANG TERBELAH 

Isun wes kebagleg ambi esem rika, aja maning maning rika njaluk sepura
Ninggal ati hang wes kadung welas. 

aku telah tersedak dengan senyumanmu, jangan jangan lagi kau pinta maaf meninggalkan hati yang telah terlanjur sayang
"Jum… ,maafkan aku sudah memutuskan "
"memutuskan apa mas? "
"aku mau pulang saja"
"Aku tidak bisa melupakan, apa yang dikatakan oleh bapak dan emak"
"Mas, kau sudah janji pada ku, tidak akan meninggalkan aku"
"Maafkan aku, Jum"

Dengan napas berat Pairin mengambil rokok yang tergeletak dimeja. Pairin sudah menguatkan hati harus memutus janji dengan Jumik. Dia tidak bisa meninggalkan Karti bersama anak anaknya Lana dan Janna. Hatinya perih, jangan sampai karena kesenangan sendiri dia meninggalkan anak anaknya bersama ibunya sehingga hidup mereka tidak jelas. 
Biarlah aku yang harus membunuh rasa ini padamu ,Jum.
Semoga dikehidupan lainnya aku dapat bersanding denganmu. Kalau sakarang aku harus membahagiakan anak anakku. 
"Mas… ,tapi engkau telah berjanji tidak akan meninggalkan aku. " suara Jumik semakin lirih terbawa angin pada halaman yang sunyi ini. 
Pairin mendongak menatap rembulan yang tinggal separuh. Seperti hatinya yang sekarang terbelah menjadi dua. 
Hati yang satu berat pada Jumik pelipur hatinya. Yang satu lagi berat pada dua anak dan Karti istrinya. 
Entah bagaimana ini akhirnya. 
Yang sudah diputuskan,dia harus pulang, bersama anak dan istrinya. 
Pairin sadar, dia salah  terbawa mengikuti hati pada Jumik yang cantik  rupawan. Sampai dia melupakan anak anaknya dan Karti istrinya ibu dari Lana dan Janna. 
Amanat emak dan bapaknya menyadarkan dia bahwa dia harus pulang. Lana dan Janna membutuhkan dia. Untuk masadepan mereka yang masih jauh. 
Karti istrinya yang lugu dan berwajah manis. Yang telah sabar menunggunya siang dan malam.Yang tak pernah marah meski telah mengetahui jika dia memiliki perempuan lain. 
"Tak apa jika engkau memiliki yang lain, mas"
"Aku ikhlas menerima, cuma jangan lupa pada anak anak kita Lana dan Janna. "
Ucapan Karti semakin membuat hati Pairin terasa pedih. 
Seperti batu berat yang menindih hatinya. Melahirkan rasa perih dan berdosa. 
Maafkan aku Karti, sudah pernah meninggalkanmu. 
Aku sekarang pulang. Aku pulang. 

Diteras depan pintu Jumik berdiri. Rambutnya yang panjang,terurai ditiup angin malam. Menangis tanpa airmata. 
Dia sudah menyangka akan begini jadinya. Tetapi bagaimana lagi. Hatinya telah terlanjur sayang pada Pairin.
Meski dia mengerti Pairin telah memiliki anak dan istri. Dia tak peduli. 
Akhirnya seperti ini hidupnya. Seperti daun kering terbawa angin. Bingung  terombang ambing. 

isun wes kebagleg ambi esem rika, aja maning maning rika njaluk sepura
Ninggal ati hang wes kadung welas. 

aku telah tersedak dengan senyumanmu, jangan jangan lagi kau pinta maaf meninggalkan hati yang telah terlanjur sayang

Kota Penari, 10 Pebruari 2020




Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTER, APAKAH ANDA SUDAH PUNYA?

Tulisan ini terpikir saat saya melihat tayangan  live maut dua penyanyi kawakan lintas genre musik. Rhoma Irama dan Iwan Fals.  Dua musisi yang tak diragukan lagi karya karya besarnya.  Saya menyukai keduanya. Saya memiliki lagu favorit ciptaan mereka berdua. Lagu Iwan Fals dengan judul "Ibu" selalu membuat saya menitikkan  airmata. Lagu Rhoma paling favorit buat saya berjudul "Mardatillah"selalu menggugah sisi spiritualitas saya setiap mendengar nya.  Duet mereka membawakan lagu "Mirasantika" ciptaan Rhoma sungguh memukau.  Satu lagu yang sama dinyanyikan dengan gaya dan khas yang berbeda dari keduanya. Sama sama enak didengar.Sama merdunya. Menyentuh hati pendengarnya dengan cara berbeda.  Baru saya sadari inilah yang dimaksud dengan karakter.  Dalam sebuah tulisan di liputan 6.com dikatakan karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebi...

Penopang Singgasana

  Penopang Singgasana Banyuwangi, 26 Maret 2022 == Salah tak mau disalahkan  Membusung dada menjengkelkan  Tetap kukuh Benar Cobalah berpindah sudut pandang  Agar menjadi lapang Buah pemikiran  Perasaan  Bubuhi sedikit nikmat kontemplasi  Agar sesat diri Dapat dihindari  Dini Banyak membaca dan berempati Jauhkan picik nurani Sabar terpatri Sejati Telunjuk dengan garang menuding Empat jemari tertekuk Menunjuk diri Sendiri  Sesekali turunlah menunduk kebawah Lihatlah kaki goyah Penopang singgasana  Megah Bukan uang pengganti jerih Sedikit sikap peduli  Rasa melindungi  Mengayomi Peluk persaudaraan lebih memikat Daripada uang laknat Tanpa berkat Sekerat ==

PENGABDIAN

Aduh bagaimana ini?  Bu Mei susah sekali hari ini, cuaca sekitar sekolahnya yang panas semakin membuat hatinya resah.  Siang ini seperti biasa bu Mei berangkat ke sekolah tempatnya mengajar dengan naik angkot.  Meski sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari rumahnya dan harus ditempuh dengan naik angkot, bu Mei selalu semangat. Watak tanggung jawab yang dimilikinya membuat bu Mei jarang sekali absen.  Sekolah bu Mei terletak di kampung yang letaknya satu kilo dari tempat bu Mei turun dari angkot.  Itu Pun bukan halangan buat bu Mei untuk berjalan menuju sekolahnya.  Baginya mengajar ditempat ini adalah langkah untuk belajar dan menimba pengalaman.  Disamping mengajar bu Mei juga masih kuliah semester awal, setelah setahun lulus dari sekolah tingkat atas bu Mei memutuskan untuk lanjut kuliah dengan mandiri. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya.  Hey! Jangan disangka bu Mei sudah tua ya? Bu Mei adalah sosok gadis manis ...