Langsung ke konten utama

TERBUAI MANTRA


Asih memoles pelan wajah cantik nya dengan bedak pemberian paklik Ayid. Sambil mulutnya merapal mantera andalannya. 
"Niatku memakai bedak, dibawakan bidadari dari kayangan, bedakku bedak cenera, wajahku putih bagai sinar rembulan, mataku bagai kerlip gemintang, pipiku ranum berseri, senyumku menawan hati, makbul doaku berkat bedak ganda rupa amaning. "
Selesai sudah batin asih sambil mematut penampilannya di depan cermin. Asih ingat pada pesan paklik Ayid. 
"Sih, jangan lupa mantera pemikat yang paklik ajarkan"
Asih mengangguk tanda mengiyakan. 
Malam ini malam khusus buat Asih. Karena Kang Rangga berjanji datang pada pagelaran Gandrung yang diikuti Asih. 
Asih bahagia sekali. Betapa tidak, kekasih pujaan hatinya akan ikut menari dengannya malam ini. Asih yakin dirinya akan menjadi primadona malam ini. Berkat mantera yang dirapalnya tadi. Dan juga berkat bedak pemikat yang paklik Ayid berikan khusus untuknya. 
Malam ini Asih bertekad harus berhasil menaklukkan Kang Rangga. Lelaki Kaya nan rupawan. Cocok sekali dengan kriteria lelaki idaman,dalam mimpi mimpi Asih dimalam yang panjang penuh kerinduan. 
Bagi Asih menari gandrung hanya batu pijakan sementara untuk mencari sandaran kuat penopang hidupnya kelak. 
Kehidupan getir akan kemelaratan membawa Asih pada satu pemahaman, bahwa kejayaan dan berlimpahnya harta adalah jaminan kebahagiaan hidupnya. 
Bunyi tetabuhan khas gandrung osing mulai terdengar di pelataran itu. Diiringi lantunan lirik dari suara penyanyi gandrung senior yang merdu mendayu, pagelaran tari gandrung dimulai. Gemulai laku para penarinya menghembuskan kekuatan magis dimalam itu. Menuntun para pemuda yang lengah dan terpedaya untuk ikut menari. Menyawer para penari gandrung dalam pesona magis yang kuat. 
Rangga tak habis pikir. Mengapa setelah sekian lama dia baru menyadari betapa cantik dan mempesonanya tubuh dan senyum Asih. Penari gandrung yang dikenalkan paklik Ayid sebagai primadona di sanggar  tarinya. Paklik Ayid adalah penanggung jawab seni tari gandrung yang terkenal dengan pagelaran seninya yang memukau. Kakinya bagai terseret magnet mengikuti gerak Asih yang gemulai menggugah hasrat lelakinya. 
Tak tahan lagi di menit terakhir tabuhan gandrung usai, diseretnya Asih menjauhi pelataran. Dia menginginkan Asih. Saat ini mengisi jiwa keringnya. 
Asih tersenyum penuh kemenangan sambil terseok mengikuti langkah Kang Rangganya. Yang ditunggunya telah tiba. Kang Rangga jatuh dalam pelukannya. 
Memadu cinta dalam bilik bambu rahasia. Dua sejoli dimabuk kasih dalam nafsu kelam tak berkesudahan dalam aroma magis yang kental. 
" Kang Rangga…" Asih memanggil manja.
"....."
"Engkau harus mempertanggungjawabkan semua ini"
"Tentu saja"
"Lusa aku akan meminangmu" Jawab Rangga dengan mantap. 
Kembali senyum kemenangan terukir di bibir Asih. 
Meski Asih tahu, perjuangan untuk mendapatkan Rangga masih panjang. Namun Asih percaya kekuatan mantra penakluk yang dia punya mampu membuat Rangga bertekuk lutut di kakinya. 
Dia merasa menang. Masa depan bahagia bergelimang harta duniawi terpampang di depan matanya. Nafsu, keserakahan dan ketamakan telah menutup mata hatinya. 
"Aji aji jaran goyang, sun goyang ati lan sukma rika. Merem lan nurut rika. Tanpa suara tanpa duga."
"Aji aji jaran goyang,dadio welas,dadio kesengsem ambi sukma asih kang ngerandu welas"
Kembali Asih merapal mantera dalam bahasa daerah dengan logat kental. Sementara mentari mulai muncul di ufuk timur. Sinarnya menembus bilik bambu dalam temaram cahaya penuh mozaik warna. 
Pelataran tempat pagelaran gandrung mulai ramai dengan para kru yang sedang membereskan peralatan pagelaran. 
Bau kemenyan menyengat menyebar pesona magis yang menguar. 

Hati manusia yang tak bisa direka. Nafsu duniawi membutakan jiwa yang sejatinya bening. 
Jiwa manusia yang lemah terpedaya biusan magis jauh dari cahaya iman. 
Terlena,tenggelam tak mampu mencapai permukaan. 

Banyuwangi, 20-02-2020





Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTER, APAKAH ANDA SUDAH PUNYA?

Tulisan ini terpikir saat saya melihat tayangan  live maut dua penyanyi kawakan lintas genre musik. Rhoma Irama dan Iwan Fals.  Dua musisi yang tak diragukan lagi karya karya besarnya.  Saya menyukai keduanya. Saya memiliki lagu favorit ciptaan mereka berdua. Lagu Iwan Fals dengan judul "Ibu" selalu membuat saya menitikkan  airmata. Lagu Rhoma paling favorit buat saya berjudul "Mardatillah"selalu menggugah sisi spiritualitas saya setiap mendengar nya.  Duet mereka membawakan lagu "Mirasantika" ciptaan Rhoma sungguh memukau.  Satu lagu yang sama dinyanyikan dengan gaya dan khas yang berbeda dari keduanya. Sama sama enak didengar.Sama merdunya. Menyentuh hati pendengarnya dengan cara berbeda.  Baru saya sadari inilah yang dimaksud dengan karakter.  Dalam sebuah tulisan di liputan 6.com dikatakan karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebi...

Penopang Singgasana

  Penopang Singgasana Banyuwangi, 26 Maret 2022 == Salah tak mau disalahkan  Membusung dada menjengkelkan  Tetap kukuh Benar Cobalah berpindah sudut pandang  Agar menjadi lapang Buah pemikiran  Perasaan  Bubuhi sedikit nikmat kontemplasi  Agar sesat diri Dapat dihindari  Dini Banyak membaca dan berempati Jauhkan picik nurani Sabar terpatri Sejati Telunjuk dengan garang menuding Empat jemari tertekuk Menunjuk diri Sendiri  Sesekali turunlah menunduk kebawah Lihatlah kaki goyah Penopang singgasana  Megah Bukan uang pengganti jerih Sedikit sikap peduli  Rasa melindungi  Mengayomi Peluk persaudaraan lebih memikat Daripada uang laknat Tanpa berkat Sekerat ==

PENGABDIAN

Aduh bagaimana ini?  Bu Mei susah sekali hari ini, cuaca sekitar sekolahnya yang panas semakin membuat hatinya resah.  Siang ini seperti biasa bu Mei berangkat ke sekolah tempatnya mengajar dengan naik angkot.  Meski sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari rumahnya dan harus ditempuh dengan naik angkot, bu Mei selalu semangat. Watak tanggung jawab yang dimilikinya membuat bu Mei jarang sekali absen.  Sekolah bu Mei terletak di kampung yang letaknya satu kilo dari tempat bu Mei turun dari angkot.  Itu Pun bukan halangan buat bu Mei untuk berjalan menuju sekolahnya.  Baginya mengajar ditempat ini adalah langkah untuk belajar dan menimba pengalaman.  Disamping mengajar bu Mei juga masih kuliah semester awal, setelah setahun lulus dari sekolah tingkat atas bu Mei memutuskan untuk lanjut kuliah dengan mandiri. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya.  Hey! Jangan disangka bu Mei sudah tua ya? Bu Mei adalah sosok gadis manis ...