Asih memoles pelan wajah cantik nya dengan bedak pemberian paklik Ayid. Sambil mulutnya merapal mantera andalannya.
"Niatku memakai bedak, dibawakan bidadari dari kayangan, bedakku bedak cenera, wajahku putih bagai sinar rembulan, mataku bagai kerlip gemintang, pipiku ranum berseri, senyumku menawan hati, makbul doaku berkat bedak ganda rupa amaning. "
Selesai sudah batin asih sambil mematut penampilannya di depan cermin. Asih ingat pada pesan paklik Ayid.
"Sih, jangan lupa mantera pemikat yang paklik ajarkan"
Asih mengangguk tanda mengiyakan.
Malam ini malam khusus buat Asih. Karena Kang Rangga berjanji datang pada pagelaran Gandrung yang diikuti Asih.
Asih bahagia sekali. Betapa tidak, kekasih pujaan hatinya akan ikut menari dengannya malam ini. Asih yakin dirinya akan menjadi primadona malam ini. Berkat mantera yang dirapalnya tadi. Dan juga berkat bedak pemikat yang paklik Ayid berikan khusus untuknya.
Malam ini Asih bertekad harus berhasil menaklukkan Kang Rangga. Lelaki Kaya nan rupawan. Cocok sekali dengan kriteria lelaki idaman,dalam mimpi mimpi Asih dimalam yang panjang penuh kerinduan.
Bagi Asih menari gandrung hanya batu pijakan sementara untuk mencari sandaran kuat penopang hidupnya kelak.
Kehidupan getir akan kemelaratan membawa Asih pada satu pemahaman, bahwa kejayaan dan berlimpahnya harta adalah jaminan kebahagiaan hidupnya.
Bunyi tetabuhan khas gandrung osing mulai terdengar di pelataran itu. Diiringi lantunan lirik dari suara penyanyi gandrung senior yang merdu mendayu, pagelaran tari gandrung dimulai. Gemulai laku para penarinya menghembuskan kekuatan magis dimalam itu. Menuntun para pemuda yang lengah dan terpedaya untuk ikut menari. Menyawer para penari gandrung dalam pesona magis yang kuat.
Rangga tak habis pikir. Mengapa setelah sekian lama dia baru menyadari betapa cantik dan mempesonanya tubuh dan senyum Asih. Penari gandrung yang dikenalkan paklik Ayid sebagai primadona di sanggar tarinya. Paklik Ayid adalah penanggung jawab seni tari gandrung yang terkenal dengan pagelaran seninya yang memukau. Kakinya bagai terseret magnet mengikuti gerak Asih yang gemulai menggugah hasrat lelakinya.
Tak tahan lagi di menit terakhir tabuhan gandrung usai, diseretnya Asih menjauhi pelataran. Dia menginginkan Asih. Saat ini mengisi jiwa keringnya.
Asih tersenyum penuh kemenangan sambil terseok mengikuti langkah Kang Rangganya. Yang ditunggunya telah tiba. Kang Rangga jatuh dalam pelukannya.
Memadu cinta dalam bilik bambu rahasia. Dua sejoli dimabuk kasih dalam nafsu kelam tak berkesudahan dalam aroma magis yang kental.
" Kang Rangga…" Asih memanggil manja.
"....."
"Engkau harus mempertanggungjawabkan semua ini"
"Tentu saja"
"Lusa aku akan meminangmu" Jawab Rangga dengan mantap.
Kembali senyum kemenangan terukir di bibir Asih.
Meski Asih tahu, perjuangan untuk mendapatkan Rangga masih panjang. Namun Asih percaya kekuatan mantra penakluk yang dia punya mampu membuat Rangga bertekuk lutut di kakinya.
Dia merasa menang. Masa depan bahagia bergelimang harta duniawi terpampang di depan matanya. Nafsu, keserakahan dan ketamakan telah menutup mata hatinya.
"Aji aji jaran goyang, sun goyang ati lan sukma rika. Merem lan nurut rika. Tanpa suara tanpa duga."
"Aji aji jaran goyang,dadio welas,dadio kesengsem ambi sukma asih kang ngerandu welas"
Kembali Asih merapal mantera dalam bahasa daerah dengan logat kental. Sementara mentari mulai muncul di ufuk timur. Sinarnya menembus bilik bambu dalam temaram cahaya penuh mozaik warna.
Pelataran tempat pagelaran gandrung mulai ramai dengan para kru yang sedang membereskan peralatan pagelaran.
Bau kemenyan menyengat menyebar pesona magis yang menguar.
Hati manusia yang tak bisa direka. Nafsu duniawi membutakan jiwa yang sejatinya bening.
Jiwa manusia yang lemah terpedaya biusan magis jauh dari cahaya iman.
Terlena,tenggelam tak mampu mencapai permukaan.
Banyuwangi, 20-02-2020
Komentar
Posting Komentar