Hari ini bu Hasni sedang kebingungan. Hatinya was was dan berdebar tak karuan. Tadi malam dia menerima kabar dari pesan misterius bahwa hari ini akan ada demo besar besaran di sekolahnya. Demo itu menuntut bu Hasni untuk berhenti mengajar. Menurut pesan misterius, banyak muridnya yang tidak suka dengan gayanya mengajar. Kata pesan itu bu Hasni otoriter, suka marah marah, suka "ngecing" ( memojokkan), pekerjaan siswa tidak pernah dikoreksi dan sebagainya. Hampir saja mata bu Hasni copot saking banyaknya kesalahan yang diperbuat menurut sms misterius itu.
Bu Hasni tak habis pikir bagaimana si pengirim pesan misterius ini memiliki data yang begitu akurat dan lengkap tentang kebiasaannya dalam mengajar. Bu Hasni akui semua yang tertulis di pesan tersebut sebagian besar benar. Tapi itu memang untuk menggembleng siswanya lebih giat belajar. Tidak ada yang lain.
Meski bu Hasni telah dikirim kebanyak pelatihan,dan diklat tentang gaya belajar yang baik. Baginya hal itu hanya selingan belaka, hal remeh yang sekali kali perlu diterapkan. Buka hal yang harus terus dilaksanakan.
Bukan tanpa alasan bu Hasni berpikir demikian. Karena pernah suatu kali dalam kelas yang diajar proses proses hasil pelatihan dia terapkan. Hasilnya memang siswa tampak gembira. Tapi kompetensi yang dia harap mampu diserap siswa hasilnya nol besar yang ada hanya gembira dan senang senang. Belum lagi banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum masuk kelas. Waduh nggak lagi deh! Pikirnya capek.
"Bu Hasni!" panggil pak Ali mengagetkan dirinya.
"Ibu dipanggil ke ruang kepala sekolah " sambung Pak Ali.
Beberapa pasang mata saling menatap penuh tanya diruang guru tersebut.
Dengan mengangguk lemah bu Hasni mengiyakan. Bu Hasni pasrah yang terjadi, terjadilah. Dengan langkah gontai bu Hasni berlalu menuju ruang kepala sekolah diiring tatapan penuh tanya dari teman guru lainnya.
Sampai di ruang kepala sekolah dengan berusaha santai bu Hasni menghadap pimpinannya tersebut. Pak Dani, kepala sekolah yang terkenal dengan wibawanya dan penegak peraturan yang tak pandang bulu. Sekilas bu Hasni melihat pak Dani tersenyum mempersilakan dirinya duduk.
"Alhamdulillah, gimana kabarnya bu? "
"Alhamdulillah, baik pak"
Dan percakapan pun dimulai. Di Akhir percakapan bu Hasni undur diri.
"Terima ini dengan lapang dada bu, semoga ini adalah jalan terbaik ibu untuk mengabdi lebih baik lagi. " ucap pak Dani.
"Ini bukan tawaran bu, tetapi tugas yang harus dilaksanakan " kata pak Dani tegas.
"Iya pak, akan saya terima. Terima kasih. " Jawab bu Hasni dengan wajah sendu.
Bu Hasni bingung. Ini karunia ataukah hukuman. Dirinya mendapatkan promosi jabatan sebagai pengawas sekolah. Haruskah ia bahagia atau bersedih. Pengawas adalah jabatan yang lebih tinggi dari guru. Tapi mengapa ia tak bahagia. Ia lebih suka menjadi guru, belajar bersama siswa . Sungguh ia tak mau jadi pengawas. Tapi mau bagaimana lagi tugas harus dilaksanakan. Hanya tinggal menunggu SK.
Sementara di ruang kepala sekolah pak Dani tak henti mengucap syukur. Akhirnya jalan keluar datang juga. Sudah beberapa hari ini, surat digital kaleng bermunculan di androidnya. Surat tentang protes pada gaya mengajar bu Hasni yang dinilai tidak bermutu, otoriter dan seenaknya sendiri.
Pak Dani sendiri sebenarnya bingung untuk mengambil keputusan apa yang harus diberikan pada bu Hasni. Beruntung kabar ini kemudian muncul. SK bu Hasni ditempat yang baru akan turun beberapa hari ini. Luar biasa kemudahan yang diberikan Alloh untuk menolong kesulitan hamba-NYA.
Pak Dani hanya berharap bu Hasni akan betah ditempat dan jabatan barunya. Dan para siswa bisa bernapas lega dan mendapat bimbingan dengan gaya belajar yang lebih baik lagi.
Banyuwangi, 29 Pebruari 2020
Komentar
Posting Komentar