Langsung ke konten utama

YANG TERGADAI BAGIAN 11

Bagian 11

Pikiran Ardi bergerak melayang menapaki memori lampaunya. 

Dewi gadis satu kampus denganku waktu di Melbourne. Kami akrab karena perbedaan. Meski satu negara asal. Dewi yang tomboy, perempuan kuat. Sementara aku yang pendiam dan sering sakit. Senyumnya yang mirip denganmu,Nun.Membuatku tak bisa jauh darinya. Kami berteman akrab, sampai kembali ke Indonesia. 
Suatu hari,Dewi datang kepadaku dengan wajah muram. 
"Ardi, bisakah kau menolongku? "
"What's wrong? "
"Antar aku  ke klinik aborsi"
"kamu gila"
"Itu jalan terbaik "
"Aku antar kamu ke orang yang menghamilimu, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya"
"tidak bisa dan tidak  mungkin. "
"mengapa? "
"Itu rahasiaku, hanya aku yang berhak mengetahui siapa ayah bayi ini. "

Aku geram sekali pada saat itu. Bagaimana seorang calon ibu begitu egois hanya karena harga diri dan kesenangan hidup mengambil jalan pintas menghilangkan janin tak berdosa. Ingin ku maki maki Dewi saat itu. Namun saat kulihat wajah rapuh itu, aku tak berdaya. 
bagaimana jika itu terjadi pada mu Nun? 
Kesalahan fatal yang dibuat Dewi membawanya pada neraka dunia. 
"Ardi, tolonglah "
"tidak"
"aku akan menikahimu"
"Ardi! "
"Setidaknya sampai bayi itu lahir. "
"itu bentuk pertolonganku padamu, sebagai teman. "
Kami terdiam. Hanya desah angin yang menandakan kerisauan hati kami. Pertolonganku yang terpikir begitu saja. Dewi dengan pikiran kacaunya. Dan bayangan wajah Nun yang seakan tenggelam dalam samudra ingatanku. 
Pernikahan kami yang sungguh praktis,sampai akhir hidupnya Dewi tetap merahasiakan ayah bayinya. 
"Ardi, terima kasih " ucap Dewi satu jam setelah melahirkan ariel. 
"kamu sekarang bebas"
"dewi.. "
"Jangan menyela"
"Kau bukan jodohku, Ardi"
"Dewi, aku tak kan meninggalkanmu"
"Aku yang akan meninggalkanmu"

Bersambung 💚💚💚

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTER, APAKAH ANDA SUDAH PUNYA?

Tulisan ini terpikir saat saya melihat tayangan  live maut dua penyanyi kawakan lintas genre musik. Rhoma Irama dan Iwan Fals.  Dua musisi yang tak diragukan lagi karya karya besarnya.  Saya menyukai keduanya. Saya memiliki lagu favorit ciptaan mereka berdua. Lagu Iwan Fals dengan judul "Ibu" selalu membuat saya menitikkan  airmata. Lagu Rhoma paling favorit buat saya berjudul "Mardatillah"selalu menggugah sisi spiritualitas saya setiap mendengar nya.  Duet mereka membawakan lagu "Mirasantika" ciptaan Rhoma sungguh memukau.  Satu lagu yang sama dinyanyikan dengan gaya dan khas yang berbeda dari keduanya. Sama sama enak didengar.Sama merdunya. Menyentuh hati pendengarnya dengan cara berbeda.  Baru saya sadari inilah yang dimaksud dengan karakter.  Dalam sebuah tulisan di liputan 6.com dikatakan karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebi...

Penopang Singgasana

  Penopang Singgasana Banyuwangi, 26 Maret 2022 == Salah tak mau disalahkan  Membusung dada menjengkelkan  Tetap kukuh Benar Cobalah berpindah sudut pandang  Agar menjadi lapang Buah pemikiran  Perasaan  Bubuhi sedikit nikmat kontemplasi  Agar sesat diri Dapat dihindari  Dini Banyak membaca dan berempati Jauhkan picik nurani Sabar terpatri Sejati Telunjuk dengan garang menuding Empat jemari tertekuk Menunjuk diri Sendiri  Sesekali turunlah menunduk kebawah Lihatlah kaki goyah Penopang singgasana  Megah Bukan uang pengganti jerih Sedikit sikap peduli  Rasa melindungi  Mengayomi Peluk persaudaraan lebih memikat Daripada uang laknat Tanpa berkat Sekerat ==

PENGABDIAN

Aduh bagaimana ini?  Bu Mei susah sekali hari ini, cuaca sekitar sekolahnya yang panas semakin membuat hatinya resah.  Siang ini seperti biasa bu Mei berangkat ke sekolah tempatnya mengajar dengan naik angkot.  Meski sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari rumahnya dan harus ditempuh dengan naik angkot, bu Mei selalu semangat. Watak tanggung jawab yang dimilikinya membuat bu Mei jarang sekali absen.  Sekolah bu Mei terletak di kampung yang letaknya satu kilo dari tempat bu Mei turun dari angkot.  Itu Pun bukan halangan buat bu Mei untuk berjalan menuju sekolahnya.  Baginya mengajar ditempat ini adalah langkah untuk belajar dan menimba pengalaman.  Disamping mengajar bu Mei juga masih kuliah semester awal, setelah setahun lulus dari sekolah tingkat atas bu Mei memutuskan untuk lanjut kuliah dengan mandiri. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya.  Hey! Jangan disangka bu Mei sudah tua ya? Bu Mei adalah sosok gadis manis ...