Bagian 10.
Dia melihatnya.aku yakin itu. Sengaja ku sampaikan pesan pada Rini, siswa yang magang di kantor agar Dia masuk ke ruanganku menaruh file yang kuminta.
Aku masih belum sanggup menemuinya. Apakah aku pengecut?
Tak sanggup Ardi menjawab tanya hatinya.
Bak mendapat durian runtuh saat kutahu dia melamar kerja di penerbitan yang ku pimpin.
Nun. Nama yang kurindukan dalam sepiku.
Apa arti semua ini?
Diakah jodohku?
Mengapa hati ini belum bisa berpaling darinya?
Bukan waktu yang pendek kami bersimpang jalan.
Meski di setiap jalan yang asing selalu kuharapkan bertemu denganmu.
Nun. Benar kaukah itu?
Kekasih pujaan hatiku.
Sekarang kau disini. Namun aku masih pengecut sama seperti yang dulu. Tak mampu utarakan isi hatiku.
Nun. Lihatlah!itu topimu. Bukti bahwa kau masih bertahta di benakku.
Sedang foto itu? Pasti kau penasaran kan? Memang benar. Aku ingin kau menanyakannya. Aku ingin tahu isi hatimu.Ego melarangku bersimpuh dikakimu. Mengemis cinta kasih mu.
Nun. Sungguh ku harap pertemuan ini jalan kita untuk bersama.
"Ardi?" Sapaan penuh tanya itu mengagetkanku.
"Belum tidur? "
"Ariel sudah ibu tidurkan di kamarnya. "
"Belum bu. " kujawab tanya ibu mertuaku dengan senyum.
"terimakasih " ucapku. Untuk perhatian mu. Menjaga Ariel anakku yang juga cucumu.
Kami berdua terdiam. Sibuk dengan pikiran kami masing masing. Sudah lima tahun kepergian Dewi, ibu Ariel. Kami hidup timpang.tertatih tatih. Karena memang sejak awal yang tidak sempurna. Aku suami yang tak dikehendaki Dewi. Ariel anakku diatas kertas. Tanpa pernah kutahu siapa ayah biologisnya. Kuhela nafas panjang. Mengapa hidup begitu rumit.
Bersambung 💚💚💚
Komentar
Posting Komentar