Langsung ke konten utama

CAPEK BERDOA


"Kenapa kamu gak masuk sekolah lagi, nak? " tanyaku
"Irwan mau pindahan bu"
"pindah sekolah? "
"bukan, pindah rumah. Irwan masih repot"
Aku tahu itu hanya alasan.Mengapa dia tidak masuk sekolah. 
Ibu Irwan tinggal di bogor setelah berpisah dengan ayahnya yang sekarang juga sudah menikah lagi dan memiliki keluarga  baru. 
Dia tinggal bersama kakeknya. Dan sekarang kakeknya sakit dan dibawa bude nya ke kota lain.
Irwan benar benar sendiri  dikontrakan itu. Saat kukunjungi dia setelah pindah rumah. Ada hampa kulihat dimatanya. 
"Irwan, kamu harus mampu melawan situasi ini nak. "
"bagaimana  caranya bu? "
"Rajin belajar, raih prestasi,masuk sekolah lagi! "
"Buktikan! Keadaan Irwan sekarang bukan hambatan untuk menang. "
"tunjukkan,bahwa kamu mampu berdiri dan menata hidupmu sendiri. "
"Irwan capek"
"capek kenapa? "
"capek berdoa agar keluarga Irwan utuh kembali. "
Hatiku sesak mendengar jawabannya. Sungguh ini sebenarnya  bukan salahmu, nak. 
Takdir yang harus dijalani. Membuatmu harus menanggung beban ini. 
Kuingat ucapan ayah irwan saat Berkunjung ke sekolah. 
"Irwan sudah saya pasrahkan ke ibunya"
"terserah ibunya mau bagaimana  anak ini. "
Hatiku tersengat mendengar ucapan ayah Irwan. 
Bagaimana tanggung Jawab seorang ayah kepada anaknya. 
Sungguh tragis. Kehidupan baru yang bahagia dibuat. Tapi seorang anak diam sendiri meregang sepi dalam rumah kontrakan. Sedang ibu yang dia harapkan harus pergi mengais rezeki untuknya dan anak anaknya. 
Ku hanya punya kekuatan doa.untuk Irwan semoga ada jalan kembali kesekolah, menapak asa menggapai cita. Menemui kawan belajarnya kembali. 
"kami kehilangan bu" rengek beberapa murid padaku
"kehilangan apa?"
"kehilangan Irwan. "
"kapan Irwan sekolah  lagi? "
"Mengapa sampai sekarang belum masuk? "
Pertanyaan bertubi tubi itu menoreh hatiku. Teman teman irwan merasa kehilangan teman baik. Teman belajar. Teman bergurau dan bercerita. 
Memang sesuatu akan terasa berharga setelah hilang. 
Untuk seorang Irwan. 
Masuklah kembali ,nak!
Temanmu disini menunggumu. 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTER, APAKAH ANDA SUDAH PUNYA?

Tulisan ini terpikir saat saya melihat tayangan  live maut dua penyanyi kawakan lintas genre musik. Rhoma Irama dan Iwan Fals.  Dua musisi yang tak diragukan lagi karya karya besarnya.  Saya menyukai keduanya. Saya memiliki lagu favorit ciptaan mereka berdua. Lagu Iwan Fals dengan judul "Ibu" selalu membuat saya menitikkan  airmata. Lagu Rhoma paling favorit buat saya berjudul "Mardatillah"selalu menggugah sisi spiritualitas saya setiap mendengar nya.  Duet mereka membawakan lagu "Mirasantika" ciptaan Rhoma sungguh memukau.  Satu lagu yang sama dinyanyikan dengan gaya dan khas yang berbeda dari keduanya. Sama sama enak didengar.Sama merdunya. Menyentuh hati pendengarnya dengan cara berbeda.  Baru saya sadari inilah yang dimaksud dengan karakter.  Dalam sebuah tulisan di liputan 6.com dikatakan karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebi...

Penopang Singgasana

  Penopang Singgasana Banyuwangi, 26 Maret 2022 == Salah tak mau disalahkan  Membusung dada menjengkelkan  Tetap kukuh Benar Cobalah berpindah sudut pandang  Agar menjadi lapang Buah pemikiran  Perasaan  Bubuhi sedikit nikmat kontemplasi  Agar sesat diri Dapat dihindari  Dini Banyak membaca dan berempati Jauhkan picik nurani Sabar terpatri Sejati Telunjuk dengan garang menuding Empat jemari tertekuk Menunjuk diri Sendiri  Sesekali turunlah menunduk kebawah Lihatlah kaki goyah Penopang singgasana  Megah Bukan uang pengganti jerih Sedikit sikap peduli  Rasa melindungi  Mengayomi Peluk persaudaraan lebih memikat Daripada uang laknat Tanpa berkat Sekerat ==

PENGABDIAN

Aduh bagaimana ini?  Bu Mei susah sekali hari ini, cuaca sekitar sekolahnya yang panas semakin membuat hatinya resah.  Siang ini seperti biasa bu Mei berangkat ke sekolah tempatnya mengajar dengan naik angkot.  Meski sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari rumahnya dan harus ditempuh dengan naik angkot, bu Mei selalu semangat. Watak tanggung jawab yang dimilikinya membuat bu Mei jarang sekali absen.  Sekolah bu Mei terletak di kampung yang letaknya satu kilo dari tempat bu Mei turun dari angkot.  Itu Pun bukan halangan buat bu Mei untuk berjalan menuju sekolahnya.  Baginya mengajar ditempat ini adalah langkah untuk belajar dan menimba pengalaman.  Disamping mengajar bu Mei juga masih kuliah semester awal, setelah setahun lulus dari sekolah tingkat atas bu Mei memutuskan untuk lanjut kuliah dengan mandiri. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya.  Hey! Jangan disangka bu Mei sudah tua ya? Bu Mei adalah sosok gadis manis ...