Langsung ke konten utama

CERPEN 1


BENCI KU IBARAT ....
                                                          ( Asri Widjaya_Bwi,27 Nop 18)


Aku mendengus begitu melihatnya.Aneh mengapa rasa ini begitu membuncah dalam dada.rasa muak dan benci pada dirinya.Kami tak pernah bertegur sapa ,hanya saling tatap dan dia seperti tak mengenalku .Tidak mengenalku ? Tentu saja ! Siapa yang mau mengenalku perempuan biasa tanpa status.hah ! Aku tersenyum sinis sambil melewatinya.kusingsingkan kain penutup bawah badanku sedikit,agar aku dapat segera melewatinya.aku benar benar muak padanya.swing...aroma itu mengiringi langkahku berhembus ke penciumanku menorehkan luka yg semakin dalam.Aroma yg dulu sangat akrab denganku,karena dia selalu bersamaku setiap waktu.Ingatanku melayang pada memori itu.
Hana,sapamu Aku akan pergi sementara waktu kekota,aku harap kau berhati hati pada kang prapto yang naksir kamu itu katamu dengan nada cemburu.Jangan khawatir,aku akan berhati- hati untukmu jawabku dengan senyum manis.berapa lama kau pergi ? tanyaku ,entahlah,dua bulan mungkin ? Pabrik keluarga kami dikota sedang mengalami masalah,Ayah mengutusku untuk menanganinya.jawabnya.
Aku menghela nafas,aku tahu itu mungkin hanya rencana keluarganya untuk memisahkan kami,kami yg layaknya sepasang merpati tak terpisahkan.kami saling jatuh cinta meski perbedaan kasta kami.dia keluarga kaya dan aku hanya perempuan dari keluarga yang sederhana.Pergilah dan kembalilah dengan selamat,kataku waktu itu.Dia tersenyum,senyum termanis yg pernah kulihat."Hana ! " Panggilan keras dari ayahku membuyarkan lamunanku."Ayo jangan bengong,bantu membawa jerami ini ke situ",sambil menunjuk pada gubuk yg ada di dekat tempat kami berdiri."Kelihatannya akan turun hujan,lekaslah nanti jerami ini tak laku dijual".Tanpa jawab segera ku bantu ibuku yang nampak terburu buru memunguti jerami utk dibawa ke gubuk.
Hujan turun membasahi bumi begitu derasnya,wah...aku suka sekali aromanya ,aroma hujan yang menenangkan."Hana ! mau kemana kamu,hujan ! lekas berteduh ! " teriak ibu melihat ku tak segera berteduh."Ibu,hana pulang dulu pengen hujan -hujanan",jawabku bersaing dengan suara hujan yang jatuh membasahi bumi,dari jauh kulihat kedua orangtuaku yg menggelengkan kepala melihat kelakuanku.haha..! Aku merasa damai kurentangkan kedua tanganku dan berlari di sepanjang pematang sawah ini.Setidaknya sedikit mengurangi kesedihan hatiku tentangmu.set.Aku merasa ada yang menarik tangan ini,derasnya hujan mengaburkan pandanganku.siapa ini ? Jangan jangan kang prapto yg berniat buruk padaku,dengan panik kutarik tanganku sekuat tenaga ,apa daya tangan kokoh itu seakan menyeretku kemudian menghempaskanku pada gubuk reyot ini.Rasa takut menyeruak dalam hati,kupegang tanganku yang ngilu karena tarikannya,basah kuyup badan ini tak terasa aku menggigil.
"Seperti anak kecil ? Berhujan hujanan ? Lihatlah tubuhmu yang jelas terpampang",suara itu menyadarkanku."Apa urusanmu ! ",sahutku marah,marah karena kesenanganku terusik,marah karena dia adalah kang Romi orang yang selama ini kutunggu  namun juga kubenci.
Berdua kami saling berhadapan kemarahan bertengger dalam tatap mataku padanya.namun cess.mata itu tidak mengenalku dan juga tidak aku kenal.Mendadak aku sadar dia bukan kang romi.perlahan lahan aku mundur,"siapa kau ? ",Dia berjalan mendekatiku ,"Masa engkau tak kenal denganku ?"Jawabnya sinis .Dengan panik ku berbalik dan berlari keluar gubuk namun dia menarikku."Hana berhenti ! kita harus bicara".katanya.Aku tergugu,aku merasa dia bukan kang romi yg kukenal.ku dengar helaan nafasnya,hujan sudah agak reda namun rintiknya masih berlomba turun ke bumi,heningnya alam dan aroma gubuk tua masih melingkupi kami disini."Jangan menungguku lagi,kita akhiri disini,maafkan aku ! ",Singkat dan padat ucapanmu namun ibarat belati menancap pada relung hatiku,pedih perih tak terkira,gemeretak gigi ku menahan dinginnya tubuh entah sakitnya hati ,ku pejamkan kan mata ini berharap ini mimpi buruk yg segera berlalu.Hembusan angin menghampiriku menandakan kepergiannya.Aku menangis dalam diam ,setidaknya ini batas  penantianku ,ada lega dalam hati ini ,bahwa ini telah berakhir.hanya hampa yang kurasa ,lunglai kulangkahkan kaki berdamai dengan hujan yg tak lagi kurasa dinginnya.Karena hati ini yg membara dan masih terus membara bagai api dalam sekam.

Disudut jalan desa,
Kutatap hana dalam rintik hujan,aku tahu ini yg terbaik buat kami saat ini,berpisah untuk bersatu kembali suatu saat nanti seperti yg aku rencanakan.Aku yakin Hana akan hidup dg kebencian yg tumbuh berakar dalam hatinya terhadapku,Kang Romi yg selalu dipujanya.namun mencampakkannya tanpa alasan.namun aku percaya pintu maafnya pasti terbuka untukku saat nanti ku ceritakan padanya mengapa ini kulakukan.
Angin mendesah menelisik daun telingaku seakan berbisik menenangkan jiwaku yg galau.Kuserahkan semuanya pada Mu,Jodoh takkan tertukar dan aku yakin Hana jodoh untukku.Tunggulah aku, kekasihku Hana !. Meski kebencian dalam sinar matamu melukaiku,seakan menyayat hatiku dengan sayatan yg menyakitkan.Ini semua kulakukan untuk melindungimu dan keluargamu,Tunggu saat aku mampu melindungimu dari kediktatoran keluargaku.Aku akan segera menghampirimu.
Sayup sayup kudengar suara adzan magrib berkumandang dengan langkah berat ku beranjak meninggalkan tempat ku berdiri dengan sejuta harapan dan tekad.

Lima tahun berselang.
Temaram senja mengantarkanku kesini,kampung halaman penuh kenangan.dengan gontai kulangkahkan kaki menapakinya.aku merasa kalah,tak tahu arah.Gapura perbatasan kampung yg beraneka warna tak mampu mengusir gunda gulana hati.harapanku pergi dari sini untuk pulang membawa keberhasilan namun sebaliknya yg terjadi.Angin petang berderu ditelingaku mengiringi langkah gontaiku.Aku masih menjadi perempuanmu yang tak mampu melupakanmu,meski beragam wajah lelaki ku kenal disana tak seorangpun mengalihkan ingatan ini,hanya padamu kang romi.kusingsingkan rok model baru yg kupakai agak menyempit kebawah hingga susah tuk berjalan,namun kata "modern" memaksaku tuk tetap memakainya,agar tampak rona kota disekujur tubuhku,kupakai segala perhiasan desain baru dengan harap kilaunya menyilaukan semua mata yg melihat.Terutama Kang Romi dan keluarganya.Kebencian ini membuatku menjadi "perempuan lain" yang sama sekali tak kusuka.Aku ingin berhenti ,tetapi tak tahu caranya.
"Mbak Hana ? "sapa penasaran itu membuatku menoleh."ya ? "jawabku singkat.Sosok wanita sahaja dengan senyum teduhnya kulihat."lupa sama saya ? Lila tetangga dekat rumah mbak."jelasnya."oh,hai lila,hampir lupa,lama tak bersua"ujarku diiringi senyum."Subhanalloh,mbak ! Pangling aku,cuantik banget ! Kayak artis",pujinya dg wajah berbinar kagum.Tak pelak bersemu merah wajahku mendengarnya."Ah,kamu bisa saja".jawabku jengah.
"Mari mbak ,kita pulang bareng.mbak baru nyampek kan ? Udah berapa tahun mbak gak pulang ? Mbak tahu nggak....".Sepanjang perjalanan ditemani celoteh Lila seakan melihat drama kehidupan orang orang kampungku termasuk dia, kang romi."Dan mbak tahu kan Kang Romi..." ,Aku menahan nafas mendengar nama itu disebut.kutatap dia dengan penuh tanya." Bulan depan dia akan kawin...! "serunya,Sempat kutangkap nada cemburu dalam suaranya.Melebihi suara jatuhnya hatiku yang kandas.tak terasa tanganku mengepal erat menahan rasa.tersa dingin sekujur tubuh ,menggigil dalam hampa."Dingin ya mbak,Ayo kita bergegas,itu rumah kita sudah terlihat", katanya sambil menggandeng tanganku."Dengan Siapa ? "tanyaku seperti ratapan .ternyata benciku masih bercampur cinta yg berkarat,batinku.kuulas senyum agar nestapa ini tak terlihat."Apa mbak ? "tanya Lila dengan polos."Oh ,Kang Romi ? Kabarnya dengan perempuan dari kota"."Mbak hana sudah sampai,ngomong ngomong mana barang bawaan mbak ?" tanya lila heran."Sudah mbak paketkan mungkin beberapa hari baru nyampek"jawabku."kapan kapan disambung lagi ceritanya",kata Lila seraya memelukku sebagai tanda perpisahan."bude irah,ini mbak Hana udah datang",teriaknya kencang sambil melambaikan tangan meninggalkan diriku yg termangu.Suara berisik dalam rumah menyadarkanku."Ya Alloh gusti,Hana...!"Sambut ibu sembari memelukku erat."kapan datang nduk..,kok gak ngasih kabar ! Kan bisa dijemput distasiun,gimana kabar dik sukri....Dan malam pun beranjak semakin menua diiringi pertanyaan ibu yang bertubi tubi bak ombak dipantai.Sejenak hati terlupa padamu kang,tapi sekarang saat sendiri dalam peraduan tetes air mataku tak henti mengalir,deras membasahi bantal.Berita yang kutakutkan benar benar kudengar ,Kau akan menikah kang.Ucapan mu lima tahun berselang telah terasa benar.

"Bukan begitu caranya,Gita"ucapku sambil membetulkan caranya memegang setang sepeda.Sebenarnya aku enggan mengajarinya naik sepeda diterik panas pagi ini,tapi rengekan Gita menggelitik telingaku.membuatku disini ,dipinggir jalan desa mengajarinnya bersepeda.ajakan tergesanya membuatku tak sempat menyimpul rambutku,hingga membuatnya tergerai dan melayang layang menggangu penglihatanku membuatku harus berkali kali menyematkannya disisi telingaku.Perlahan aku mulai menerima.menerima kekalahan bahwa rasa tak bisa diperintah,biarkan dia bergulir terima dg ikhlas dan kesadaran bahwa kita hanyalah pelakon sang penulis hidup.Ketenangan hati yg tak kurasa selama lima tahun berselang perlahan kudapat.Keberanian menantang alur hidup  membuatku mampu kembali bersosialisasi dengan warga ,saudara dan teman sekampung yang telah lama tak bersua.Aku kembali menjadi diriku sendiri,Hana yang sederhana."Kak Hana ,tolong...! "teriakan Gita mengagetkanku ,kulihat dia mengayuh sepeda  dengan kencang lupa pada rem .Bergegas kuberlari menggapai sepeda yg dinaikinya,namun naas sepeda tak tergapai dan brakk suara Gita jatuh yg kudengar.Rasa geli menggelitik perutku ingin tertawa tapi kutahan melihat rupa gita yg meringis menahan sakit.kuyakin akan banyak lebam ditubuhnya nanti."Jangan tertawa,"Sungutnya."haha..."tawaku terlepas begitu saja tanpa mampu kutahan.Gita semakin melotot menatapku.ku beri isyarat maaf padanya sambil berusaha meemberhentikan tawaku."Ehm.."kudengar deheman dibelakangku.kulihat mata Gita bersinar terang layaknya sang putri bertemu pangeran pujaannya  melihat seseorang dibelakangku.Penasaran kubalikkan badan untuk melihat.desssh....hatiku bagai tertembak .Dia masih sama meski lima tahun berselang,namun lebih gagah dan tampan dimataku .Kulihat Kang Romi dan kang Prapto yang juga terlihat semakin matang.Mereka berteman ? Tanyaku dalam hati.

Waktu seakan berhenti saat perempuan itu membalikkan badan.rambut legamnya berkibar diterpa angin berusaha dia sematkan ditelinganya.Hana..nama itu kembali membahana direlung hatiku...perlahan merekah seperti ribuan kupu kupu melintasi perut dan dadaku,tubuhku terasa melayang tak berpijak benarkah dia Hana.Yang memang kunantikan kehadirannya,untuk kusunting dalam taman hatiku.Perlahan genggaman tanganku mengerat, dia datang disaat yg tepat,kutengadahkan wajahku pada cerahnya pagi,terimakasih ya alloh,sebutku dalam hati.Dengan langkah lebar kuhampiri dirinya kupeluk erat bak tak terpisah.Kurasakan tubuhnya menegang dan meronta.dengan enggan kulepas dia.Hanya tatap yg kudapat.Dengan membimbing sepupunya dia pergi menjauh tanpa melihat lagi ,sepintas kulihat gita gadis cilik sepupunya memberi isyarat cinta padaku,aku tertawa dengan kelakuannya.Dia masih Hanaku,aku merasakannya.Aku harus bergegas sebelum terlambat."Romy ! "sambil menggamit lenganku kang prapto memanggilku menahan langkah tergesaku.Kami saling bertatap ,ada perbincangan tak terucap .Dalam tatap kami saling memaknai satu sama lain."pergilah",ucapan itu sebagai isyarat merelakan dari kang prapto untukku bersanding dengan Hana.Dengan bergegas ku melewatinya,ku hentikan langkahku sesaat,"trimakasih kang."ucapku tanpa memandangnya.Ku tahu gunda yg  ditanggungnya untuk saat ini dan di masa mendatang.untuk melihat bersatunya kami.aku dan hana.Dengan Langkah bergegas kutapaki jalan yang membawaku ke serambi ini.Disini semua kan ku jelaskan.

Aroma bunga pengantin menguar dari sudut kamar ini,melenakan hati kami yang telah berikrar didepan penghulu tadi pagi.ibarat mimpi ini terjadi.ku kulum senyum tersipuku ,barteduh dalam peluknya,Kang Romy suamiku.Suara malam menemani lelapnya kami dalam pembaringan .Rahasia Alam Rahasia Hidup tak seorangpun tahu kemana kan terhenti.Manusia ibarat bidak catur yang terus bergerak untuk bertahan hidup hingga " Skak" kematian mengalun.Benci ,Cinta ibarat dua sisi yg berlainan namun menempel di sisi yang lain, berhati hatilah dengan benci karena itu bisa berubah menjadi cinta.
Asri wijaya
Banyuwangi,3 des 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTER, APAKAH ANDA SUDAH PUNYA?

Tulisan ini terpikir saat saya melihat tayangan  live maut dua penyanyi kawakan lintas genre musik. Rhoma Irama dan Iwan Fals.  Dua musisi yang tak diragukan lagi karya karya besarnya.  Saya menyukai keduanya. Saya memiliki lagu favorit ciptaan mereka berdua. Lagu Iwan Fals dengan judul "Ibu" selalu membuat saya menitikkan  airmata. Lagu Rhoma paling favorit buat saya berjudul "Mardatillah"selalu menggugah sisi spiritualitas saya setiap mendengar nya.  Duet mereka membawakan lagu "Mirasantika" ciptaan Rhoma sungguh memukau.  Satu lagu yang sama dinyanyikan dengan gaya dan khas yang berbeda dari keduanya. Sama sama enak didengar.Sama merdunya. Menyentuh hati pendengarnya dengan cara berbeda.  Baru saya sadari inilah yang dimaksud dengan karakter.  Dalam sebuah tulisan di liputan 6.com dikatakan karakter adalah nilai-nilai yang khas, baik watak, akhlak atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebi...

Penopang Singgasana

  Penopang Singgasana Banyuwangi, 26 Maret 2022 == Salah tak mau disalahkan  Membusung dada menjengkelkan  Tetap kukuh Benar Cobalah berpindah sudut pandang  Agar menjadi lapang Buah pemikiran  Perasaan  Bubuhi sedikit nikmat kontemplasi  Agar sesat diri Dapat dihindari  Dini Banyak membaca dan berempati Jauhkan picik nurani Sabar terpatri Sejati Telunjuk dengan garang menuding Empat jemari tertekuk Menunjuk diri Sendiri  Sesekali turunlah menunduk kebawah Lihatlah kaki goyah Penopang singgasana  Megah Bukan uang pengganti jerih Sedikit sikap peduli  Rasa melindungi  Mengayomi Peluk persaudaraan lebih memikat Daripada uang laknat Tanpa berkat Sekerat ==

PENGABDIAN

Aduh bagaimana ini?  Bu Mei susah sekali hari ini, cuaca sekitar sekolahnya yang panas semakin membuat hatinya resah.  Siang ini seperti biasa bu Mei berangkat ke sekolah tempatnya mengajar dengan naik angkot.  Meski sekolah tempatnya mengajar sangat jauh dari rumahnya dan harus ditempuh dengan naik angkot, bu Mei selalu semangat. Watak tanggung jawab yang dimilikinya membuat bu Mei jarang sekali absen.  Sekolah bu Mei terletak di kampung yang letaknya satu kilo dari tempat bu Mei turun dari angkot.  Itu Pun bukan halangan buat bu Mei untuk berjalan menuju sekolahnya.  Baginya mengajar ditempat ini adalah langkah untuk belajar dan menimba pengalaman.  Disamping mengajar bu Mei juga masih kuliah semester awal, setelah setahun lulus dari sekolah tingkat atas bu Mei memutuskan untuk lanjut kuliah dengan mandiri. Karena keterbatasan ekonomi orang tuanya.  Hey! Jangan disangka bu Mei sudah tua ya? Bu Mei adalah sosok gadis manis ...